Ada apa dengan Cangar sampai burung-burungnya begitu jinak? Begitu pertanyaan saya saat pertama menyambangi kawasan di kaki G. Welirang itu pada 2009.
Berselang 3 tahun setelahnya, pertanyaan yang sama terlontar kembali. Seminggu blusukan di acara ekspedisinya FOBI, burung-burung di Cangar ternyata masih saja genit menggoda.
Kalau membandingkan dengan kawasan pegunungan lain di Jawa, hutan Plawangan Merapi misalnya, Cangar juga menjadi habitat bagi banyak jenis burung endemik. Di kawasan yang sama-sama jadi kawasan wisata pasangan bercinta itu, dari burung-madu gunung sampai elang jawa, ada.
Namun, ada perbedaan yang sangat kentara di antara kedua lokasi itu. Di Merapi, jangankan untuk memotret burung, sekadar melihatnya saja sudah jadi kesulitan tersendiri. Sementara di Cangar, burung-burung akan berpose untuk Anda. Tulisan saya ini mungkin bisa menjadi gambaran.
Sedikit mengulas, pada kunjungan 2009 ke Watu Ondo, saya terheran-heran begitu melihat yang jadi penjaga parkirannya adalah ciung-batu kecil-sunda Myophonus glaucinus. Lalu, saat duduk-duduk di tamannya, cikrak muda Seicercus grammiceps—yang di dunia cuma ada di Sumatera dan Jawa—datang tanpa malu-malu. Takur tohtor, cucak gunung, sikatan ninon, sikatan belang, dan entah apa lagi, berturut-turut datang menghampiri. Mereka pun sama, minta giliran difoto. Ada apa dengan Cangar?
Dari pengalaman dalam ekspedisi, jenis lain pun saya dapati juga begitu. Anis sisik Zoothera dauma, misalnya. Untuk catatan perjumpaannya saja, data di Jawa sangat-sangat jarang. Lha di Cangar, burung ini menjadi sangat-sangat mudah untuk dilihat, didekati, dan tentu saja, diperkosa bergiliran. Saya yakin hampir semua Bioders peserta ekspedisi, mulai dari yang hanya bermodal kamera pocket sampai dengan yang membawa kamera berlensa termos, punya fotonya. Dari pose santai sampai njengking, ada dokumentasinya. Ada apa dengan Cangar?
Sikatan bodoh, yang dari namanya Anda bisa dengan mudah menebak perilakunya, di Cangar menjadi sikatan yang bodo banget. Dan saya menjadi sama bodohnya karena masih saja mengulang-ngulang pertanyaan. Ada apa dengan Cangar?
Dari segi perburuan, Cangar pun sebenarnya bukan ground zero. Dalam satu minggu berekspedisi, tidak sekali para Bioders menemukan bentangan jaring untuk menangkap burung. Bahkan, masih ada pemburu bersenapan yang masuk ke kawasan konservasi berstatus taman hutan raya itu. Tapi kenapa burung-burungnya tetap saja mudah dijumpai?
Hanya saja, meski menjumpai burung terbilang mudah, di sisi lain saya merasa kesulitan menemukan data mengenai burung-burung yang ada. Sebatas googling, saya hanya menemukan satu data soal jumlah burung di sana. Jumlahnya mencapai 129 jenis.
Data itu saya dapat dari hasil penelitian Tugas Akhir (TA) Susanti Prasetio bertahun 2002. Karyanya berjudul Identifikasi potensi Taman Hutan Raya (Tahura) R. Soeryo sebagai obyek wisata birdwatching di Jawa Timur dan pengembangannya. Demikian buah karya mahasiswa Program Pendidikan Kepariwisatan, Jurusan Tours and Travel, Universitas Kristen Petra, Surabaya, itu. Ya, ternyata data tersebut saya dapatkan dari mahasiswa jurusan yang jauh dari bau-bau biologi atau kehutanan!
Dalam penelitian Susanti itu, sebenarnya banyak jenis menarik (baca: aneh) yang terdaftar. Di kesempatan lain, semoga saya bisa sedikit mengulasnya.
Namun, di luar persoalan keakurasian data, satu hal yang kembali membuat saya bertanya. Dalam kurun 12 tahun semenjak Susanti, tidak adakah penelitian lain yang bisa saya baca mengenai burung-burung di Cangar?
Ah, sebenarnya ada apa sih dengan Cangar? Apa perlu saya bertanya ke Dian Sastro dan Nicholas Saputra? Atau, mengutip puisi dalam AADC yang heboh itu, apa aku harus lari ke hutan, belok ke pantai?
Ngomong-ngomong, apa kabar Dian Sastro sekarang, ya? Hehehe
mantappp,… cangar memang cangarrr,..
By: Asman AP on April 11, 2012
at 2:21 am
Cen, Man… Cangaratusseket!! hehehe
By: peburungamatir on April 14, 2012
at 8:03 am
hahahahaha,…. AADC,..
By: Asman AP on April 15, 2012
at 2:26 am
hehe oke mas brooo disiapkan ini artikelnya plus list2 burung di tahura hehe..ampun mas broooo hehe
By: Heru Malang on April 13, 2012
at 9:52 am
Siiip… Mantap!
By: peburungamatir on April 14, 2012
at 7:59 am
waduh… kedisikan… kedisikan…!
By: baluran and me on April 13, 2012
at 4:36 pm
dhisik-dhisikan… emang balap karung?! hehe
By: peburungamatir on April 14, 2012
at 7:58 am
kalo pake kamera hape aja, burung2nya masih mau gak berpose? :p
By: rumahijaubelokiri on April 17, 2012
at 7:41 am
Asal abis motret bayar, mau lah… Mereka kan model profesional… wkwkwkwk
By: peburungamatir on April 18, 2012
at 12:02 am
hwaaaaa ::(( sebel banget gakbisa ikut 😦
By: imexplore on April 26, 2012
at 6:29 am
hehehe…
By: peburungamatir on April 28, 2012
at 8:30 am
wah kayaknya PBI tahun depan di cangar lagi aja yo mas.. hehe
By: arifbudiawan53 on Juni 27, 2012
at 7:01 pm
Kenapa nggak? Hehehe
By: peburungamatir on Juni 30, 2012
at 6:29 pm
siap laksanakan..
By: arifbudiawan53 on Juli 11, 2012
at 3:57 pm